melihat acara TV serasa cepat , mengaji Qur'an rasanya lambat
perpanjangan waktu sepakbola rasanya nikmat, imam jum'at baca ayat panjang hati mengumpat
menghabiskan uang di mall Rp 200 ribu serasa sedikit, memberi sedekah Rp.1000 serasa sebukit
dipanggil atasan datang bergegas, panggilan azan untuk shalat dijawab tunggu masih ada tugas
menonton sepak bola maunya duduk di barisan muka, shalat jamaah di shaft belakang aja
pergi kerja hujan panas bukan halangan, pergi ke mesjid capek sedikit jadi alasan
membaca novel dan koran betah dan punya waktu, baca buku agama katanya sibuk, tak ada waktu
melihat sinetron bisa menangis, mengantar jenazah ke kubur masih bisa tertawa bahkan merokok dekat nisan
bikin selamatan meriah mesti hutang segerobak, peminta-minta datang bibirnya enteng berkata maaf ya Pak.
setiap hari sibuk menghitung harta dunia, bekal akhirat semenitpun lupa
kepada anak tetangga dapat sabar, kepada anak sendiri emosi terhumbar
kepada isteri/suami orang senyum mengambang, kepada pasangan sendiri senyum pun jarang
katanya rindu surga, tapi kau tutup jalan ke sana
katanya takut neraka, tapi jalan ke neraka malah kau buka
katanya membenci syetan, kenapa dia dijadikan ikutan
katanya cinta Nabi SAW, kenapa sunnahnya malah dibenci
katanya cinta Nabi SAW, kenapa sunnahnya malah dibenci
Kuburan Nabi Muhammad
ARWAH MENANGIS DIMUKA PINTU RUMAH
Sekarang mari kita perhatikan dan kita renungkan bagaimana keadaan arwah ayah, ibu, kakek, nenek saudara dan seluruh kaum famili yang telah mendahului kita, sebelas bulan pada setiap tahunnya mereka disiksa tanpa henti untuk mempertanggungjawabkan perbuatan dan dosa mereka ketika didunia. Sungguh Allah maha adil, Allah maha pengampun sehingga setelah shalat ashar satu hari menjelang bulan suci Ramadhan Allah membebaskan mereka, mereka diberi izin untuk pulang, arwah ayah & ibu pulang kerumah anak, alangkah malang dan sedihnya setelah sekian lama diazab setelah begitu lama disiksa sekarang mereka dibebaskan dengan keadaan yang begitu lelah dengan kondisi yang sangat lemah mereka pulang kerumah anaknya, tapi apa yang mereka dapatkan jendela tidak dibuka, pintu tertutup rapat rumah dalam keadaan sepi, suami pergi entah kemana, istri keluar tak tau berita, anak pun bermain entah kemana. Adalagi yang pergi satu keluarga, pergi untuk bersenang-senang, pergi untuk memprsiapkan menyambut bulan puasa. Alangkah sedih arwah kaum pamili kita, kedatangan mereka tidak disambut dengan baik hingga akhirnya mereka duduk diteras rumah setengahnya menangis terisak-isak setengahnya duduk berpangku tangan menunggu penghuni rumah pulang, jam sebelas malam mereka baru pulang namun apa yang ditunggu tunggu tak kunjung datang yang dinanti tak kunjung tiba mereka mengharap kaum pamilinya bersedekah dan membacakan do,a untuk mereka.
Semoga Bermanfaat.