Halaman

24.7.12

Dua cobaan diberikan Allah untuk manusia.



Cobaan kesusahan dan cobaan kesenangan.
Pertama cobaan kesusahan, apakh manusia menerima cobaan kesusahan itu dengan ikhlas. Kebanyakan manusia selalu menyatakan Tuhan tidak adil. Mausia selalu ingat Allah apabila ia dalam kesusahan. Seharusnya manusia bersabar dengan cobaan kesusahan, apakah manusia dapat bersabar dengan cobaan kesusahan itu dan mendekatkan diri kepada Allah. Orang yang bersyukur akan ditambah nikmat yang lebih besar, yaitu nikmat terlepas dari kesusahan.
Kedua yaitu cobaan kesenangan, bagaimana manusia menyikapi / menerima cobaan kesenangan, kemewahan yang diberikan Allah. Kebanyakan orang akan lupa kepada Allah karena sibuk atau selalu sibuk mengurusi harta kesenangan itu sehingga manusia itu tak ingat lagi untuk bersyukur kepada Allah. Manusia mengatakan bahwa kesenangan itulah atau harta itulah segala-galanya, ia lupa bahwa semua itu dari Allah dan kembali kepada Allah dengan waktu dan cara Allah. Seharusnya orang yang hidup dalam kesenangan, kemewahan selalu ingat akan cobaan Allah. Bagaimana ia hidup dengan kesenangan yang diberikan Allah itu, semestinya ia bersedekah kepada orang yang membutuhkan.

Orang yang dicoba Allah dengan cobaan kesusahan hendaknya tawakkal kepada Allah. Memandang cobaan itu sebagai ujian untuk menguatkan keimanannya kepada Allah. Tidak memandang cobaan kesusahan itu sebagai buruk sangka pada Allah maka ia akan bahagia didunia dan akhirat.

Orang  yang dicoba Allah dengan cobaan kesenangan, kemewahan, hendaknya selalu bersyukur atas nikmat Allah. Semua itu hanya ujian, sehingga dengan nikmat kesenangan itu bertambah imannya kepada Allah, meningkatkan ketaqwaan kepada Allah. Ia akan bahagia didunia dan akhirat.      

Orang susah didunia yang lupa pada Allah, maka akan susah dunia di akhirat.
Orang kaya didunia yang lupa pada Allah, maka ia senang didunia dan susah di akhirat.
Orang susah didunia selalu ingat pada Allah, maka ia susah didunia tapi senang di akhirat.
Orang kaya didunia selalu ingat pada Allah, maka ia akan senang di dunia dan akhirat.

Oleh karena itu walaupun senang maupun susah didunia ini semestinya tetap senang juga di akhirat. Caranya yaitu selalu ingat Allah dalam keadaan bagaimanapun baik dalam kesusahan maupun kesenangan.
Hakikatnya manusia tidak menghendaki untuk diciptakan (manusia/mahkluk tidak punya kehendak), tetapi Alah yang berkehendak menciptakan mahkluk/manusia. Maka wajiblah kita bersyukur atas terciptanya kita oleh Allah dan kehidupan susah, senang, adalah kehendak  dan kuasa Allah, maka kita harus bersyukur dan tawakkal atas apa-apa yang diberikan terutama nikmat hidup.

Tujuan Allah memberikan kesusahan atau penyakit kepada hambanya adalah
Pertama, untuk menguji hambanya, seberapa sabar hambanya dengan ujian kesusahan atau penyakit itu. Apakah hambanya masih bersyukur dengan ujian seperti itu.
Kedua, untuk mengisyaratkan atau memberitahu, atau mengingatkan pada hambanya, bahwa betapa tidak berdayanya Hamba itu, betapa tidak mampunya hamba itu, betapa lemahnya hamba itu, dan betapa berkuasanya Allah itu, betapa Maha Perkasanya Allah itu dibanding hambanya.

Musibah yang kau terima dengan sabar hanya mengharap ridho Allah lebih baik bagi kamu daripada nikmat yang membuatmu lupa kepada Allah.

Bersyukur atas Ni’mat
Bersabar atas cobaan

Ada 3 contoh keluarga yang dijelaskan Allah pada manusia.
1 Keluarga Fir’aun
Istri Fir’aun sangat beriman kepada Allah, sedangkan Fir’aun tidak beriman.
2 Keluarga Nabi Ayub
Nabi Ayub beriman kepada Allah, sedangkan istri Nabi Ayub menyalahkan Allah yang karena telah memberikan ujian penyakit pada Nabi Ayub.
3 Keluarga Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad SAW dan istrinya Khadijah beriman kepada Allah.  

Semoga bermanfaat