Pertama cobaan kesusahan, apakh manusia menerima
cobaan kesusahan itu dengan ikhlas. Kebanyakan manusia selalu menyatakan Tuhan
tidak adil. Mausia selalu ingat Allah apabila ia dalam kesusahan. Seharusnya
manusia bersabar dengan cobaan kesusahan, apakah manusia dapat bersabar dengan
cobaan kesusahan itu dan mendekatkan diri kepada Allah. Orang yang bersyukur
akan ditambah nikmat yang lebih besar, yaitu nikmat terlepas dari kesusahan.
Kedua yaitu cobaan kesenangan, bagaimana manusia
menyikapi / menerima cobaan kesenangan, kemewahan yang diberikan Allah.
Kebanyakan orang akan lupa kepada Allah karena sibuk atau selalu sibuk
mengurusi harta kesenangan itu sehingga manusia itu tak ingat lagi untuk
bersyukur kepada Allah. Manusia mengatakan bahwa kesenangan itulah atau harta
itulah segala-galanya, ia lupa bahwa semua itu dari Allah dan kembali kepada
Allah dengan waktu dan cara Allah. Seharusnya orang yang hidup dalam
kesenangan, kemewahan selalu ingat akan cobaan Allah. Bagaimana ia hidup dengan
kesenangan yang diberikan Allah itu, semestinya ia bersedekah kepada orang yang
membutuhkan.
Orang yang dicoba Allah dengan cobaan kesusahan
hendaknya tawakkal kepada Allah. Memandang cobaan itu sebagai ujian untuk
menguatkan keimanannya kepada Allah. Tidak memandang cobaan kesusahan itu
sebagai buruk sangka pada Allah maka ia akan bahagia didunia dan akhirat.
Orang yang
dicoba Allah dengan cobaan kesenangan, kemewahan, hendaknya selalu bersyukur
atas nikmat Allah. Semua itu hanya ujian, sehingga dengan nikmat kesenangan itu
bertambah imannya kepada Allah, meningkatkan ketaqwaan kepada Allah. Ia akan
bahagia didunia dan akhirat.
Orang susah didunia yang lupa pada Allah, maka
akan susah dunia di akhirat.
Orang kaya didunia yang lupa pada Allah, maka ia senang
didunia dan susah di akhirat.
Orang susah didunia selalu ingat pada Allah, maka ia
susah didunia tapi senang di akhirat.
Orang kaya didunia selalu ingat pada Allah, maka ia
akan senang di dunia dan akhirat.
Oleh karena itu walaupun senang maupun susah
didunia ini semestinya tetap senang juga di akhirat. Caranya yaitu selalu ingat
Allah dalam keadaan bagaimanapun baik dalam kesusahan maupun kesenangan.
Hakikatnya manusia tidak menghendaki untuk
diciptakan (manusia/mahkluk tidak punya kehendak), tetapi Alah yang berkehendak
menciptakan mahkluk/manusia. Maka wajiblah kita bersyukur atas terciptanya kita
oleh Allah dan kehidupan susah, senang, adalah kehendak dan kuasa Allah, maka kita harus bersyukur
dan tawakkal atas apa-apa yang diberikan terutama nikmat hidup.
Tujuan Allah memberikan kesusahan atau penyakit
kepada hambanya adalah
Pertama, untuk menguji hambanya, seberapa sabar
hambanya dengan ujian kesusahan atau penyakit itu. Apakah hambanya masih
bersyukur dengan ujian seperti itu.
Kedua, untuk mengisyaratkan atau memberitahu, atau
mengingatkan pada hambanya, bahwa betapa tidak berdayanya Hamba itu, betapa
tidak mampunya hamba itu, betapa lemahnya hamba itu, dan betapa berkuasanya
Allah itu, betapa Maha Perkasanya Allah itu dibanding hambanya.
Musibah yang kau terima dengan sabar
hanya mengharap ridho Allah lebih baik bagi kamu daripada nikmat yang membuatmu lupa kepada Allah.
Bersyukur
atas Ni’mat
Bersabar
atas cobaan
Ada 3 contoh keluarga yang dijelaskan Allah pada
manusia.
1 Keluarga Fir’aun
Istri Fir’aun sangat beriman kepada Allah,
sedangkan Fir’aun tidak beriman.
2 Keluarga Nabi Ayub
Nabi Ayub beriman kepada Allah, sedangkan istri
Nabi Ayub menyalahkan Allah yang karena telah memberikan ujian penyakit pada
Nabi Ayub.
3 Keluarga Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad SAW dan istrinya Khadijah beriman
kepada Allah.
Semoga bermanfaat